Memiliki nama
resmi Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Saudiyah atau yang lebih sering dikenal sebagai Kingdom of Saudi Arabia, merupakan salah
satu negara dengan bentuk pemerintahan monarki di kawasan Timur Tengah yang
dipimpin oleh seorang raja bernama King Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud. Asal usul nama Saudi Arabia
sendiri berasal dari nama Raja yang mendirikan Kerajaan Saudi Arabia yang juga
merupakan proklamator berdirinya negara ini pada tanggal 23 September 1932
yaitu Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Sa'ud. Saudi Arabia juga
dikenal sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan sejarah perkembangan
agama Islam, maka dari itu tidaklah heran jika dalam bendera negara Saudi
Arabia tertulis kalimat syahadat yang memiliki arti “Tiada Tuhan Selain Allah
dan Muhammad adalah Utusan Allah”. Tulisan tersebut tepat berada di atas
sebilah pedang dengan ujung menghadap tiang. Begitu pula dengan hukum yang
berlaku di Saudi Arabia yaitu hukum Islam.
ASPEK
GEOGRAFIS
Seperti
yang kita ketahui, Saudi Arabia merupakan salah satu penghasil minyak terbesar
di dunia dengan jumlah sekitar 25% produksi cadangan minyak di ikuti oleh
cadangan gas sebesar 40%, mineral (emas, perak, tembaga), mineral non metal dan
air. Selain itu tanah di Saudi Arabia umumnya merupakan pegunungan tua yang
tandus dan kering. Pada bagian utara terdapat Gurun An-Nafud dan pada bagian
selatanya terdapat Gurun Rub Al Khali yang merupakan gurun terbesar di Saudi
Arabia
Meski
demikian kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sangat rawan terjadi
konflik. Hal ini juga tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan Saudi Arabia
sebagai negara yang memiliki pengaruh besar terhadap kestabilan regional di
Timur Tengah. Salah satu sebab terjadinya konflik tersebut adalah
keanekaragaman luas wilayah. Negara yang lebih luas cenderung mengintervensi
negara yang lebih sempit[1]. Hal ini pula yang terjadi
diantara Saudi Arabia dan Yaman. Saudi Arabia yang memiliki wilayah relatif
sangat luas mengintervensi Yaman dengan luas wilayahnya yang jauh lebih sempit.
Konflik ini pun telah terjadi semenjak tahun 1960 hingga tahun 2000. Namun kini
konflik tersebut kembali memanas seiiring dengan adanya perlawanan militer dari
Arab Saudi ke wilayah Yaman.
ASPEK
DEMOGRAFI
Senada dengan luas
wilayahnya yang cukup besar, jumlah penduduk Saudi Arabia juga memiliki jumlah
yang cukup banyak. Terhitung sekitar 29.195.895 jiwa mediami Saudi Arabia. Pertumbuhan
penduduk tiap tahunnya rata-rata berjumlah 3% dengan kepadatan penduduknya 12
jiwa/km2. Mayoritas penduduk Saudi Arabia sendiri berasal dari suku
Arab dan merupakan pemeluk agama Islam Sunni. Sementara itu sebanyak 15%
penduduknya merupakan pemeluk Islam Syiah yang sebagian besar tinggal di
kawasan timur Saudi Arabia yaitu, Qatif, Al-Ahsa, dan Damman.
Populasi non-muslim Saudi
Arabia secara dominan ditemukan pada populasi pekerja asing. Saudi Arabia memiliki
populasi luar negeri diperkirakan sebesar 8 juta, yang sebagian besar adalah Muslim. Populasi asing dilaporkan mencakup
1.500.000 orang India, 1,5 juta warga Bangladesh, 1.200.000 warga Filipina, 1 juta warga Pakistan, 1 juta orang Mesir, 600.000 warga Indonesia, 400.000 warga Sri Lanka, 350.000 warga Nepal, 250.000 orang Palestina, 150.000 warga
Lebanon, 100.000 warga Eritrea, dan 30.000 orang Amerika..Sementara
itu minoritas penduduk Saudi Arabia yang memeluk agama non Islam lainnya adalah
Kristen.[2]
Dari
segi ekonomi, tingkat ekonomi Saudi Arabia termasuk dalam golongan negara yang
sangat kaya di kawasan Timur Tengah dengan jumlah pendapatan perkapita sebesar
$22.663. Selain kegiatan perekonomian utamanya ditopang dari sektor
penyelenggaraan haji dan umroh, sektor-sektor lain yang memiliki peranan
penting dalam meningkatkan perekonomian Saudi Arabia adalah pertambangan
(minyak, gas, mineral, non mineral), perkebunan,
perternakan, dan perdagangan.
KEANEKARAGAMAN
IDEOLOGI
Islam sebagai ideologi secara garis
besar memiliki dua kelompok besar yaitu Islam Sunni dan Islam Syiah. Seperti
yang kita ketahui, mayoritas penduduk Saudi Arabia merupakan pemeluk Islam
Sunni. Namun demikian sebagian kecil masyarakatnya juga merupakan penganut
Islam Syiah yang tinggal di wilayah timur Saudi. Keberadaan Islam Sunni sendiri
tidak dapat dipisahkan dengan adanya gerakan keagamaan Wahhabisme yang berasal
dari Saudi Arabia. Wahhabisme sendiri merupakan paham yang dipelopori oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Najdi. Paham ini bertujuan untuk
mengembalikan kemurnian Islam dari segala bentuk penyimpangan maupun
perubahan-perubahan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Wahhabisme adalah bentuk
dominan dari Islam di Saudi Arabia.[3] Wahhabi telah mengembangkan
pengaruh yang cukup besar di dunia muslim di bagian melalui pendanaan masjid
Saudi, sekolah dan program sosial. Doktrin utama Wahhabi adalah Tauhid, Keesaan
dan Kesatuan Allah.[4] Ibn Abd-al-Wahhab
dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Ibnu Taymiyyah dan mempertanyakan interpretasi klasik Islam, mengaku
mengandalkan Alquran dan Hadits. Ia menyerang sebuah "kemerosotan
moral yang dirasakan dan kelemahan politik" di Semenanjung Arab dan mengutuk apa yang dianggap sebagai penyembahan berhala, kultus populer orang-orang kudus, menjadikan kuil
kuburan orang yang saleh, dan melarang menjadikan kuburan sebagai tempat
peribadahan.
Sementara itu, jumlah kelompok pemeluk Islam Syiah di Saudi Arabia
berjumlah 15%. Meski termasuk dalam
kelompok minoritas, muslim Syiah di Saudi Arabia. juga memiliki masjid, sekolah agama dan husainiyah untuk melakukan aktivitas keIslaman bercorak Syiah. Namun
bukan tanpa halangan, muslim Syiah kerap kali mendapatkan tekanan dan batasan.
Secara umum Syiah Saudi bebas secara terbuka
menyampaikan ajarannya di mimbar-mimbar termasuk dalam mempublikasikan
karya-karyanya namun tetap terbatas hanya dalam komunitas Syiah dan tidak bebas diperjual belikan di komunitas non Syiah
Saudi.
ASPEK
KEANEKARAGAMAN KESETIAAN
Dinamika kehidupan heterogen
yang dimiliki oleh negara- negara di kawasan Timur Tengah menimbulkan dampak
bagi keanekaragaman kesetiaan yang dianut oleh penduduknya. Berbagai
keanekaragaman kesetiaan tersebut diantaranya adalah Ashabiyah, Wathaniyah, Qaummiyah dan Ummah.
Berikut ini akan dipaparkan mengenai keanekaragaman kesetiaan di Saudi Arabia.
A.
Ashabiyah
Ashabiyah merupakan faham
untuk lebih mengutamakan kesetiaan terhadap keluarga tertentu atau faham
tertentu, ideologinya, partainya, kelompoknya dan lain sebagainya sehingga
merasa paling baik, paling kuat, paling terhormat, dan paling-paling lain yang
tidak dimiliki kelompok lain.[5] Hal ini pula yang berlaku
sangat kuat di Saudi Arabia. Masyarakat Saudi Arabia sangat kental sekali
dengan kebanggaan dan fanatisme yang tinggi terhadap darah keturunan mereka.
Mereka memiliki anggapan bahwa bangsa Arab beserta kelompok-kelompoknya
merupakan yang terbaik diantara yang lain. Selain itu solidaritas terhadap
Kerajaan Saudi Arabia juga sangat tinggi di pegang oleh masyarakatnya. Mereka
menjunjung tinggi keberadaan keluarga kerajaan Al –Saud yang memiliki peran
besar dalam terbentuknya negara Saudi Arabia.
B.
Wathaniyah
Wathaniyah adalah paham kesetiaan
terhadap suatu bangsa atau negara
tertentu. Dalam kasus yang terjadi di Saudi Arabia berkaitan dengan Wathaniyah,
kita bisa melihatnya melalui konflik berkepanjangan yang terjadi diantara Saudi
Arabia dan Yaman. Dalam konflik tersebut
Saudi Arabia telah melakukan beberapa kali intervensi terkait dengan
penyerangan kelompok al-Hauthi di wilayah Jebel al-Dukhan , Yaman Utara, perang
saudara di Yaman dan beberapa penyebab lainnya.
Bahkan untuk melancarkan aksinya, para pemimpin di Saudi Arabia
menyerukan negara-negara Arab lainnya untuk melakukan hal yang sama dengan cara
membantu kekuatan militer Saudi Arabia dalam berbagai penyerangan terhadap
kelompok pemberontak di Yaman. Intervensi tersebut terjadi menyusul adanya kepentingan
Saudi Arabia terkait dengan stabilitas regional baik dari segi politik,
ekonomi, maupun keamanan Yaman yang mana akan sangat berpengaruh juga pada kestabilan
regional Saudi Arabia. Begitu pula dengan alasan kepentingan Saudi Arabia yang
menganggap bahwa letak Yaman sangat strategis terhadap jalur pelayaran
internasional.
Hingga kini konflik ini masih terus
berlanjut, baik pihak Saudi Arabia beserta sekutunya dan pihak pemberontak
Yaman sama-sama saling menguatkan diri dalam menghadapi pertempuran satu sama
lain.
C.
Qaummiyah
Merupakan paham kesetiaan yang mengutamakan kepentingan
terhadap suatu suku tertentu. Latar belakang penduduk Saudi Arabia berasal dari
suku Arab. Suku Arab sendiri merupakan suku mayoritas yang berada di Timur
Tengah yang mana menempati 55% dari jumlah total penduduk di Timur Tengah. Ekspresi
dari semangat Qaummiyah ini di wujudkan dengan terbentuknya Liga Arab atau PAN
Arabisme dimana didalamnya beranggotakan negara-negara yang berasal dari suku
Arab. Tujuan dari pada terbentuknya Liga Arab ini adalah untuk mempererat
persahabatan bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih
terjajah, mencegah berdirinya negara Yahudi di daerah Palestina dan membentuk
kerjasama bidang politik, militer, dan ekonomi. Hampir setiap tahunya Liga Arab
mengadakan konferensi untuk membahas isu-isu mengemuka. Liga arab sendiri
didirikan pada tanggal 22 Maret 1945 oleh tujuh negara termasuk Saudi Arabia
sebagai pendirinya dan bermarkas di Kairo. Dalam piagam Liga Arab dinyatakan
bahwa Liga Arab bertugas mengkoordinasi kegiatan ekonomi, termasuk hubungan
niaga; komunikasi; kegiatan budaya; kewarganegaraan, paspor, dan visa; kegiatan
sosial; dan kegiatan kesehatan. Piagam Liga Arab juga melarang para anggota
untuk menggunkan kekerasan terhadap satu sama lain.[6]
D.
Ummah
Ummah adalah paham kesetiaan/solidaritas
terhadap sesama umat beragama. Seperti yang kita ketahui bahwa Timur Tengah
merupakan tempat lahirnya tiga agama besar di dunia yaitu Yahudi, Nasrani dan
Islam. Meski demikian agama mayoritas yang di anut masyarakat di kawasan
Timur-Tengah adalah Islam. Semangat dan solidaritas terhadap sesama muslim oleh
umat Islam ini kemudian di wujudkan dalam pembentukan Pan Islamisme pasca
Perang Dunia II. Latar belakang terbentuknya Pan Islamimisme sendiri memiliki
tujuan untuk memperjuangkan dan mempersatukan umat Islam dibawah satu negara
Islam yang umumnya di sebut ke khalifahan. Pada mulanya gerakan ini muncul dalam
gerakan Wahabi yang diprakarsai oleh Pangeran Arab yaitu Pangeran Saud. Ia
memimpin pasukannya untuk mendapatkan kekuasaan di kota suci Mekah dan Madinah
sebagai langkah awal untuk dapat menguasai dan mempersatukan umat Islam di
seluruh dunia.
KEANEKARAGAMAN
KRISIS KEKUASAAN
Meski telah berganti era,
baik konflik maupun peperangan masih banyak terjadi di kawasan Timur Tengah.
Penyebabnya pun beragam mulai dari intervensi sesama negara di kawasan Timur
Tengah, campur tangan pihak asing, perebutan wilayah kekuasaan, perang saudara,
dan krisis kekuasaan yang terjadi dalam suatu negara tertentu. Dari sekelumit
penyebab-penyebab terjadinya konflik diatas, kita akan membahas lebih mendalam
mengenai salah satu penyebabnya yaitu krisis kekuasaan, terlebih pada krisis
equalitas yang terjadi di Saudi Arabia.
Saudi
Arabia dikenal sebagai suatu negara yang berbentuk monarki. Sistem kerajaan
Saudi Arabia sendiri sudah berlangsung sejak lama. Pergantian kekuasaan sebagai
pemimpin negara dilakukan secara teratur dan turun temurun. Kerajaan Saudi
Arabia juga sangat berpegang teguh pada prinsip dan nilai-nilai keIslaman
khususnya Islam Sunni. Maka tidak heran jika mayoritas penduduk Saudi Arabia
merupakan pemeluk Islam Sunni. Sementara itu dari kelompok minoritas berasal
dari pemeluk Islam Syiah. Meski keduanya hidup berdampingan, gesekan
kepentingan baik dari segi politik, ekonomi bahkan agama kerap kali menimbulkan
konflik. Tercatat dalam sejarah Kerajaan Saudi Arabia, krisis ekualitas pernah
terjadi diantara para penguasa elite kerajaan Saudi Arabia dan rakyat miskin
Saudi Arabia, begitu pula dengan diskriminasi politik kaum minoritas di Saudi
Arabia yaitu muslim Syiah. Krisis tersebut pecah di karenakan adanya
kesenjangan yang cukup lebar yang terjadi antara “si kaya” dan “si miskin”.
Pada umumnya “si kaya” berasal dari keluarga kerajaan sedangkan “si miskin” merupakan rakyat jelata yang memiliki posisi
paling rendah dalam struktur sosial masyarakat di kawasan Timur Tengah.
Sementara
itu pemerintah Kerajaan Saudi Arabia berusaha melakukan tindakan represif dalam
menghadapi demonstran. Aparat penegak hukum Saudi juga tidak segan-segan
menjebloskan puluhan demonstran dan aktivis sipil dan politik Saudi Arabia ke
penjara. Meski demikian aksi protes yang dilakukan warga Syiah ini terus
dilanjutkan, warga seakaan tidak lagi takut
terhadap ancamana dari kebrutalan rezim Al-Saud. Hal ini juga menjadi
peringatan bagi para penguasa elite politik Saudi.
DAFTAR PUSTAKA
Jatmika, Sidik. 2014.
Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah.Yogyakarta: Maharsa.
Chejne, Anwar.G. 1994. Bahasa Arab dan Peranannya
Dalam Sejarah, Terj.oleh: Aliudin Mahjudin. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
J.C.
Hurewitz, 1982. Middle East Politics, The Military Dimension. Newyork by
Praeger Publicer, Inc.
diakses Kamis, 18 Juni
2015; 10.52)
(diakses Kamis, 18 Juni
2015; 11.34)
http://print.kompas.com/baca/2015/04/01/Bentrokan-Meningkat%2c-Yaman-Minta-Intervensi-Darat (diakses Jum’at,
19 Juni 2015; 08.30)
(diakses
Jum’at, 19 Juni 2015; 09.13)
https://syiahali.wordpress.com/2012/03/27/aliran-wahabi-gagal-syiah-di-arab-saudi-mencapai-15-hingga-20-persen-dari-total-populasi/ (diakses Jum’at, 19 Juni 2015; 09.25)
(diakses
Jum’at, 19 Juni 2015; 10.12)
(diakses
Jum’at, 19 Juni 2015;10.27)
[1] Sidik
Jatmika, 2014 “Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah” hlm 14
[2] International
Religious Freedom Report 2007 – Saudi Arabia
[3] “Wahhabi”
Global Security.org. 27 April 20o5. Diarsipkan dari yang asli pada 2005-05-07.
Diakses 2008-05-10
[5] Sidik
Jatmika, 2014 “Pengantar Study Kawasan Timur Tengah” hlm 83
[6] Michael C Hudson, 1977, Arab Politics Search
To Legitimacy, Yale University Press, 230-235