Minggu, 28 Juni 2015

Profil Negara : Mengenal Lebih Dalam Saudi Arabia





          Memiliki nama resmi  Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Saudiyah atau yang lebih sering dikenal sebagai Kingdom of Saudi Arabia, merupakan salah satu negara dengan bentuk pemerintahan monarki di kawasan Timur Tengah yang dipimpin oleh seorang raja bernama King Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud. Asal usul nama Saudi Arabia sendiri berasal dari nama Raja yang mendirikan Kerajaan Saudi Arabia yang juga merupakan proklamator berdirinya negara ini pada tanggal 23 September 1932 yaitu Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Sa'ud. Saudi Arabia juga dikenal sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan sejarah perkembangan agama Islam, maka dari itu tidaklah heran jika dalam bendera negara Saudi Arabia tertulis kalimat syahadat yang memiliki arti “Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah”. Tulisan tersebut tepat berada di atas sebilah pedang dengan ujung menghadap tiang. Begitu pula dengan hukum yang berlaku di Saudi Arabia yaitu hukum Islam.  



ASPEK GEOGRAFIS
            Secara astronomis, Saudi Arabia terletak diantara 15° LU-32° LU dan 34° BT-57° BT.  Sedangkan secara geografis, Saudi Arabia terletak di Semenanjung Arab yang berada diantara Laut Merah disebelah barat dan Teluk Arab di sebelah Timur. Negara beriklim gurun ini memiliki wilayah yang relatif sangat luas yaitu 2.240.350 km2 dan termasuk dalam kawasan sub regionalisme Arab Inti. Pada sisi utara berbatasan dengan Yordania, Iraq dan Kuwait; sisi timur berbatasan  dengan Teluk Persia, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Qatar; sisi selatan berbatasan dengan  Oman dan Yaman; dan pada sisi barat berbatasan dengan Laut Merah. Posisi strategis ini menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi Saudi Arabia mengingat daerah-daerah disekitarnya merupakan jalur perdagangan utama minyak dan gas dunia.



            Seperti yang kita ketahui, Saudi Arabia merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 25% produksi cadangan minyak di ikuti oleh cadangan gas sebesar 40%, mineral (emas, perak, tembaga), mineral non metal dan air. Selain itu tanah di Saudi Arabia umumnya merupakan pegunungan tua yang tandus dan kering. Pada bagian utara terdapat Gurun An-Nafud dan pada bagian selatanya terdapat Gurun Rub Al Khali yang merupakan gurun terbesar di Saudi Arabia
            Meski demikian kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sangat rawan terjadi konflik. Hal ini juga tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan Saudi Arabia sebagai negara yang memiliki pengaruh besar terhadap kestabilan regional di Timur Tengah. Salah satu sebab terjadinya konflik tersebut adalah keanekaragaman luas wilayah. Negara yang lebih luas cenderung mengintervensi negara yang lebih sempit[1]. Hal ini pula yang terjadi diantara Saudi Arabia dan Yaman. Saudi Arabia yang memiliki wilayah relatif sangat luas mengintervensi Yaman dengan luas wilayahnya yang jauh lebih sempit. Konflik ini pun telah terjadi semenjak tahun 1960 hingga tahun 2000. Namun kini konflik tersebut kembali memanas seiiring dengan adanya perlawanan militer dari Arab Saudi ke wilayah Yaman.


ASPEK DEMOGRAFI
            Senada dengan luas wilayahnya yang cukup besar, jumlah penduduk Saudi Arabia juga memiliki jumlah yang cukup banyak. Terhitung sekitar 29.195.895 jiwa mediami Saudi Arabia. Pertumbuhan penduduk tiap tahunnya rata-rata berjumlah 3% dengan kepadatan penduduknya 12 jiwa/km2. Mayoritas penduduk Saudi Arabia sendiri berasal dari suku Arab dan merupakan pemeluk agama Islam Sunni. Sementara itu sebanyak 15% penduduknya merupakan pemeluk Islam Syiah yang sebagian besar tinggal di kawasan timur Saudi Arabia yaitu, Qatif, Al-Ahsa, dan Damman.
Populasi non-muslim Saudi Arabia secara dominan ditemukan pada populasi pekerja asing. Saudi Arabia memiliki populasi luar negeri diperkirakan sebesar 8 juta, yang sebagian besar adalah Muslim. Populasi asing dilaporkan mencakup 1.500.000 orang India, 1,5 juta warga Bangladesh, 1.200.000 warga Filipina, 1 juta warga Pakistan, 1 juta orang Mesir, 600.000 warga Indonesia, 400.000 warga Sri Lanka, 350.000 warga Nepal, 250.000 orang Palestina, 150.000 warga Lebanon, 100.000 warga Eritrea, dan 30.000 orang Amerika..Sementara itu minoritas penduduk Saudi Arabia yang memeluk agama non Islam lainnya adalah Kristen.[2]
Wilayah Saudi Arabia terbagi menjadi 13 provinsi bagian yaitu,  Al-Jawf, Al-Currayat, Al-Hudud ash Shamaliyah, Tabuk, Ha’il, Al-Madinah, Al-Qasim, Ash Sharqiyah, Ar Riyadh, Makkah, Al-Bahah, Asir, Najran dan Jizan.


          Dari segi ekonomi, tingkat ekonomi Saudi Arabia termasuk dalam golongan negara yang sangat kaya di kawasan Timur Tengah dengan jumlah pendapatan perkapita sebesar $22.663. Selain kegiatan perekonomian utamanya ditopang dari sektor penyelenggaraan haji dan umroh, sektor-sektor lain yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Saudi Arabia adalah pertambangan (minyak, gas, mineral, non mineral),  perkebunan, perternakan, dan perdagangan.


KEANEKARAGAMAN IDEOLOGI
Islam sebagai ideologi secara garis besar memiliki dua kelompok besar yaitu Islam Sunni dan Islam Syiah. Seperti yang kita ketahui, mayoritas penduduk Saudi Arabia merupakan pemeluk Islam Sunni. Namun demikian sebagian kecil masyarakatnya juga merupakan penganut Islam Syiah yang tinggal di wilayah timur Saudi. Keberadaan Islam Sunni sendiri tidak dapat dipisahkan dengan adanya gerakan keagamaan Wahhabisme yang berasal dari Saudi Arabia. Wahhabisme sendiri merupakan paham yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Najdi. Paham ini bertujuan untuk mengembalikan kemurnian Islam dari segala bentuk penyimpangan maupun perubahan-perubahan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Wahhabisme adalah bentuk dominan dari Islam di Saudi Arabia.[3] Wahhabi telah mengembangkan pengaruh yang cukup besar di dunia muslim di bagian melalui pendanaan masjid Saudi, sekolah dan program sosial. Doktrin utama Wahhabi adalah Tauhid, Keesaan dan Kesatuan Allah.[4] Ibn Abd-al-Wahhab dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Ibnu Taymiyyah dan mempertanyakan interpretasi klasik Islam, mengaku mengandalkan Alquran dan Hadits. Ia menyerang sebuah "kemerosotan moral yang dirasakan dan kelemahan politik" di Semenanjung Arab dan mengutuk apa yang dianggap sebagai penyembahan berhala, kultus populer orang-orang kudus, menjadikan kuil kuburan orang yang saleh, dan melarang menjadikan kuburan sebagai tempat peribadahan.

Sementara itu, jumlah kelompok pemeluk Islam Syiah di Saudi Arabia berjumlah 15%.  Meski termasuk dalam kelompok minoritas, muslim Syiah di Saudi Arabia. juga memiliki masjid, sekolah agama dan husainiyah untuk melakukan aktivitas keIslaman bercorak Syiah. Namun bukan tanpa halangan, muslim Syiah kerap kali mendapatkan tekanan dan batasan. Secara umum Syiah Saudi bebas secara terbuka menyampaikan ajarannya di mimbar-mimbar termasuk dalam mempublikasikan karya-karyanya namun tetap terbatas hanya dalam komunitas Syiah dan tidak bebas diperjual belikan di komunitas non Syiah Saudi.

ASPEK KEANEKARAGAMAN KESETIAAN
            Dinamika kehidupan heterogen yang dimiliki oleh negara- negara di kawasan Timur Tengah menimbulkan dampak bagi keanekaragaman kesetiaan yang dianut oleh penduduknya. Berbagai keanekaragaman kesetiaan tersebut diantaranya adalah  Ashabiyah, Wathaniyah, Qaummiyah dan Ummah. Berikut ini akan dipaparkan mengenai keanekaragaman kesetiaan di Saudi Arabia.

A.     Ashabiyah

Ashabiyah  merupakan faham untuk lebih mengutamakan kesetiaan terhadap keluarga tertentu atau faham tertentu, ideologinya, partainya, kelompoknya dan lain sebagainya sehingga merasa paling baik, paling kuat, paling terhormat, dan paling-paling lain yang tidak dimiliki kelompok lain.[5] Hal ini pula yang berlaku sangat kuat di Saudi Arabia. Masyarakat Saudi Arabia sangat kental sekali dengan kebanggaan dan fanatisme yang tinggi terhadap darah keturunan mereka. Mereka memiliki anggapan bahwa bangsa Arab beserta kelompok-kelompoknya merupakan yang terbaik diantara yang lain. Selain itu solidaritas terhadap Kerajaan Saudi Arabia juga sangat tinggi di pegang oleh masyarakatnya. Mereka menjunjung tinggi keberadaan keluarga kerajaan Al –Saud yang memiliki peran besar dalam terbentuknya negara Saudi Arabia.

B.     Wathaniyah
Wathaniyah adalah paham kesetiaan terhadap suatu  bangsa atau negara tertentu. Dalam kasus yang terjadi di Saudi Arabia berkaitan dengan Wathaniyah, kita bisa melihatnya melalui konflik berkepanjangan yang terjadi diantara Saudi Arabia dan Yaman. Dalam  konflik tersebut Saudi Arabia telah melakukan beberapa kali intervensi terkait dengan penyerangan kelompok al-Hauthi di wilayah Jebel al-Dukhan , Yaman Utara, perang saudara di Yaman dan beberapa penyebab lainnya.  Bahkan untuk melancarkan aksinya, para pemimpin di Saudi Arabia menyerukan negara-negara Arab lainnya untuk melakukan hal yang sama dengan cara membantu kekuatan militer Saudi Arabia dalam berbagai penyerangan terhadap kelompok pemberontak di Yaman. Intervensi tersebut terjadi menyusul adanya kepentingan Saudi Arabia terkait dengan stabilitas regional baik dari segi politik, ekonomi, maupun keamanan Yaman yang mana akan sangat berpengaruh juga pada kestabilan regional Saudi Arabia. Begitu pula dengan alasan kepentingan Saudi Arabia yang menganggap bahwa letak Yaman sangat strategis terhadap jalur pelayaran internasional.
Hingga kini konflik ini masih terus berlanjut, baik pihak Saudi Arabia beserta sekutunya dan pihak pemberontak Yaman sama-sama saling menguatkan diri dalam menghadapi pertempuran satu sama lain.

C.     Qaummiyah

Merupakan paham kesetiaan yang mengutamakan kepentingan terhadap suatu suku tertentu. Latar belakang penduduk Saudi Arabia berasal dari suku Arab. Suku Arab sendiri merupakan suku mayoritas yang berada di Timur Tengah yang mana menempati 55% dari jumlah total penduduk di Timur Tengah. Ekspresi dari semangat Qaummiyah ini di wujudkan dengan terbentuknya Liga Arab atau PAN Arabisme dimana didalamnya beranggotakan negara-negara yang berasal dari suku Arab. Tujuan dari pada terbentuknya Liga Arab ini adalah untuk mempererat persahabatan bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah, mencegah berdirinya negara Yahudi di daerah Palestina dan membentuk kerjasama bidang politik, militer, dan ekonomi. Hampir setiap tahunya Liga Arab mengadakan konferensi untuk membahas isu-isu mengemuka. Liga arab sendiri didirikan pada tanggal 22 Maret 1945 oleh tujuh negara termasuk Saudi Arabia sebagai pendirinya dan bermarkas di Kairo. Dalam piagam Liga Arab dinyatakan bahwa Liga Arab bertugas mengkoordinasi kegiatan ekonomi, termasuk hubungan niaga; komunikasi; kegiatan budaya; kewarganegaraan, paspor, dan visa; kegiatan sosial; dan kegiatan kesehatan. Piagam Liga Arab juga melarang para anggota untuk menggunkan kekerasan terhadap satu sama lain.[6]

D.    Ummah
Ummah adalah paham kesetiaan/solidaritas terhadap sesama umat beragama. Seperti yang kita ketahui bahwa Timur Tengah merupakan tempat lahirnya tiga agama besar di dunia yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Meski demikian agama mayoritas yang di anut masyarakat di kawasan Timur-Tengah adalah Islam. Semangat dan solidaritas terhadap sesama muslim oleh umat Islam ini kemudian di wujudkan dalam pembentukan Pan Islamisme pasca Perang Dunia II. Latar belakang terbentuknya Pan Islamimisme sendiri memiliki tujuan untuk memperjuangkan dan mempersatukan umat Islam dibawah satu negara Islam yang umumnya di sebut ke khalifahan. Pada mulanya gerakan ini muncul dalam gerakan Wahabi yang diprakarsai oleh Pangeran Arab yaitu Pangeran Saud. Ia memimpin pasukannya untuk mendapatkan kekuasaan di kota suci Mekah dan Madinah sebagai langkah awal untuk dapat menguasai dan mempersatukan umat Islam di seluruh dunia.


KEANEKARAGAMAN KRISIS KEKUASAAN
            Meski telah berganti era, baik konflik maupun peperangan masih banyak terjadi di kawasan Timur Tengah. Penyebabnya pun beragam mulai dari intervensi sesama negara di kawasan Timur Tengah, campur tangan pihak asing, perebutan wilayah kekuasaan, perang saudara, dan krisis kekuasaan yang terjadi dalam suatu negara tertentu. Dari sekelumit penyebab-penyebab terjadinya konflik diatas, kita akan membahas lebih mendalam mengenai salah satu penyebabnya yaitu krisis kekuasaan, terlebih pada krisis equalitas yang terjadi di Saudi Arabia.
            Saudi Arabia dikenal sebagai suatu negara yang berbentuk monarki. Sistem kerajaan Saudi Arabia sendiri sudah berlangsung sejak lama. Pergantian kekuasaan sebagai pemimpin negara dilakukan secara teratur dan turun temurun. Kerajaan Saudi Arabia juga sangat berpegang teguh pada prinsip dan nilai-nilai keIslaman khususnya Islam Sunni. Maka tidak heran jika mayoritas penduduk Saudi Arabia merupakan pemeluk Islam Sunni. Sementara itu dari kelompok minoritas berasal dari pemeluk Islam Syiah. Meski keduanya hidup berdampingan, gesekan kepentingan baik dari segi politik, ekonomi bahkan agama kerap kali menimbulkan konflik. Tercatat dalam sejarah Kerajaan Saudi Arabia, krisis ekualitas pernah terjadi diantara para penguasa elite kerajaan Saudi Arabia dan rakyat miskin Saudi Arabia, begitu pula dengan diskriminasi politik kaum minoritas di Saudi Arabia yaitu muslim Syiah. Krisis tersebut pecah di karenakan adanya kesenjangan yang cukup lebar yang terjadi antara “si kaya” dan “si miskin”. Pada umumnya “si kaya” berasal dari keluarga kerajaan sedangkan “si miskin”  merupakan rakyat jelata yang memiliki posisi paling rendah dalam struktur sosial masyarakat di kawasan Timur Tengah.

 
          Hal tersebut juga memiliki kaitan erat dengan keberadaan kaum Syiah dimana rezim pemerintah Saudi menetapkan garis ekonomi menengah kebawah bagi kaum Syiah. Padahal sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia, dimana justru daerah produktifnya berada di wilayah timur Saudi yang merupakan pemukiman warga Syiah, pada akhirnya warga Syiah masih hidup dalam garis kemiskinan. Ini berarti kaum Syiah tidak dapat menikmati hak yang setara dibandingkan dengan warga lainnya. Selain itu warga Syiah tidak memiliki kebebasan sipil dan dilarang beraktivitas di kancah politik. Hal inilah yang kemudian memicu aksi demo besar-besaran  yang dilakukan oleh warga Syiah atas pendiskriminasian dari pemerintah, kesewenang-wenangan dan kebrutalan rezim Kerajaan Saudi, Al-Saud. Aksi protes ini semakin menyeruak manakala tahanan-tahanan politik kaum Syiah tak kunjung dibebaskan.
            Sementara itu pemerintah Kerajaan Saudi Arabia berusaha melakukan tindakan represif dalam menghadapi demonstran. Aparat penegak hukum Saudi juga tidak segan-segan menjebloskan puluhan demonstran dan aktivis sipil dan politik Saudi Arabia ke penjara. Meski demikian aksi protes yang dilakukan warga Syiah ini terus dilanjutkan, warga seakaan tidak lagi takut  terhadap ancamana dari kebrutalan rezim Al-Saud. Hal ini juga menjadi peringatan bagi para penguasa elite politik Saudi.








DAFTAR PUSTAKA

Jatmika, Sidik. 2014. Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah.Yogyakarta: Maharsa.
Chejne, Anwar.G. 1994. Bahasa Arab dan Peranannya Dalam Sejarah, Terj.oleh: Aliudin Mahjudin. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
J.C. Hurewitz, 1982. Middle East Politics, The Military Dimension. Newyork by Praeger Publicer, Inc.
diakses Kamis, 18 Juni 2015; 10.52)
(diakses Kamis, 18 Juni 2015; 11.34)
(diakses Jum’at, 19 Juni 2015; 09.13)


(diakses Jum’at, 19 Juni 2015; 10.12)

(diakses Jum’at, 19 Juni 2015;10.27)







[1] Sidik Jatmika, 2014 “Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah” hlm 14
[2] International Religious Freedom Report 2007 – Saudi Arabia
[3] “Wahhabi” Global Security.org. 27 April 20o5. Diarsipkan dari yang asli pada 2005-05-07. Diakses 2008-05-10
[4]  Glasse, Cyril, The New Encyclopedia of Islam, Rowan & Littlefield, (2001), pp.469-472
[5] Sidik Jatmika, 2014 “Pengantar Study Kawasan Timur Tengah” hlm 83
[6]  Michael C Hudson, 1977, Arab Politics Search To Legitimacy, Yale University Press, 230-235